HUBUNGAN TIMBAL BALIK INDUSTRIALISASI DENGAN KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari oleh sebagian besar negara di dunia. Kemiskinan memang sangat sulit untuk dihindari, lihat saja negara maju maupun negara yang sedang berkembang saat ini sedang membahas dan memperdebatkan upaya memberantas adanya kemiskinan. Kemiskinan dalam arti sempit dapat diartikan sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup, selain itu kemiskinan merupakan integrated concept dan dipilah secara garis besar menjadi 5 dimensi,Chamber (Nasikun,2001) yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan yang terakhir adalah 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun secara sosiologis.
Masyarakat miskin pada umumnya masih memegang kebudayaan yang sudah ada dan adat istiadat sangat erat dan sangat kental. Sehingga mereka sulit untuk merubah haluan mereka ke arah yang lain. Mereka masih percaya pada hal-hal yang irasional dan memiliki budaya konsumtif yang terlalu besar yang melebihi batas kemampuan(daya) ekonomi mereka. Dengan berpedoman pada kekentalan yang mereka miliki mengakibatkan modernisasi-industrialisasi akan sangat sulit masuk dan merubah kehidupan mereka.
Masyarakat miskin juga identik dengan ketidakberdayaan (powerless), hal ini tercermin dalam aplikasi kehidupan sehari-hari yang sering kita jumpai setiap kali kita melangkah. Misalnya, pada umumnya masyarakat miskin akan lebih banyak memperoleh bantuan-bantuan dari pemerintah namun mereka lemah secara hukum, hal inilah yang menjadi indikator bahwa kemiskinan sangat dekat dengan ketidakberdayaan. Selain itu mereka juga tidak berdaya menerima proses modernisasi-indutrialisasi yang sebenarnya membawa perubahan, baik perubahan ke arah positif maupun ke arah negatif.
Menurut salah satu pakar, kemiskinan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: kemiskinan secara alamiah dan kemiskinan secara buatan. Kemiskinan secara alamiah tidak bisa dihindari karena disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat alamiah. Sedangkan kemiskinan secara buatan diakibatkan oleh cepatnya proses modernisasi yang menciptakan modernisasi-industrialisasi secara mendadak dan cepat.
Modernisasi-Industrialisasi sebenarnya memiliki tujuan yang mengarah ke kehidupan masyarakat yang lebih baik, karena dengan adanya industrialisasi maka produktifitas akan semakin efisien dan akan menghasilkan produksi yang melimpah dengan didukung faktor-faktor produksi yang memadai. Pada umumnya proses industrialisasi tidak lepas dari teknologi yang canggih. Teknologi pada hakikatnya adalah suatu peralatan atau perlengkapan yang diciptakan oleh manusia yang berfungsi untuk mempermudah pekerjaan manusia. Namun, lambat laun pemanfaatan teknologi ini mampu menggeser tenaga manusia meskipun tidak sepenuhnya semua tergantikan oleh teknologi.
Sebenarnya dengan adanya modernisasi yang mengusung industrialisasi akan membawa dampak yang positif dimasyarakat. Kesejahteraan masyarakat akan meningkat apabila industrialisasi mampu menciptakan pembangunan infrastruktur yang memadai dan lancar serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal. Namun, lain halnya jika modernisasi yang diiringi dengan pembangunan infrastruktur yang tidak merata. Ini akan melahirkan kesenjangan sosial di masyarakat dan juga berdampak pada banyaknya daerah yang mengalami ketertinggalan, sehingga akan muncul bibit-bibit kemiskinan dan lambat laun akan berkembang dan terus berkembang dan pada akhirnya akan menimbulkan kemiskinan yang akut dan sulit untuk ditanggulangi.
Selain permasalahan di atas, proses industrialisasi yang begitu cepat dan besar-besaran akan sangat berpengaruh bagi masyarakat yang sudah siap menerima perubahan dan ada yang belum siap sama sekali menerima perubahan ini, bagi yang sudah siap akan menikmati hasil dari industrialisasi dan akan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan dari hasil modernisasi-industrialisasi. Sedangkan bagi masyarakat kurang atau tidak siap menerima bentuk-bentuk modernisasi-industrialisasi akan semakin tertinggal dan pada ujungnya mereka akan jatuh pada lubang kemiskinan karena mereka tidak mampu mengakses dari hasil modernisasi-industrialisasi, sedangkan lahan yang biasa mereka manfaatkan telah berubah menjadi sebuah industri atau bangunan.
Pekerjaan merupakan variabel penting dengan asumsi mengenai kemiskinan yang didefinisikan sebagai kurangnya pendapatan yang mencukupi yang didapatkan dari pekerjaan seseorang untuk hidup layak, dalam perkembangan industrialisasi pekerjaan telah mengalami peralihan. sebelumnya yang berorientasi pada alam (agraris) menjadi ke perekonomian industri yang mengedepankan keahlian atau skill. Sedangkan masyarakat agraris belum memilikinya maka secara langsung maupun tidak langsung meskipun banyaknya lapangan pekerjaan karena adanya indutrialisasi, masyarakat agraris hanya bekerja di kelas paling bawah(kasar) karena keterbatasan yang mereka miliki dan juga akan meningkatkan jumlah angka pengangguran.
Industrialisasi akan banyak memberikan dampak bagi lingkungan yang hidup di dalamnya maupun disekitarnya, misalnya pabrik akan menghasilkan emisi dan limbah-limbah yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat. Selain itu, perusahaan akan diuntungkan dengan adanya masyarakat miskin karena mereka akan menyediakan tenaga kerja yang murah untuk konstruksi pada berbagai kelas kegiatan dalam berproduksi.
Dengan berbagai masalah yang timbul akibat adanya industrialisasi terhadap masyarakat miskin. Saya dapat menyimpulkan bahwa dengan industrialisasi sebenarnya dapat mengurangi kemiskinan dengan jalan mengambil sebagian masyarakat miskin untuk dijadikan pekerja baik secara tetap maupun pekerja yang sifatnya hanya untuk sementara atau musiman. Karena tadi sudah dijelaskan bahwa masyarakat miskin akan mendapatkan pendapatan yang relatif kecil karena mereka memiliki skill yang kurang memadai. Dan untuk pemerintah sebaiknya disediakan layanan yang benar-benar hanya untuk masyarakat miskin, karena saat ini kebanyakan bantuan-bantuan yang berasal dari pajak perusahaan(industri) yang disalurkan tidak pada sasarannya atau salah sasaran.
Sebenarnya program-program atau kebijakan-kebijakan yang diberlakukan pemerintah yang bekerjasama dengan perusahaan yang menghasilkan eksternalitas negatif(misalnya pabrik rokok) untuk menanggulangi kemiskinan sudah baik, hanya saja cara penyalurannya saja yang masih berbelit-belit sehingga masyarakat akan malas untuk mengurusi bantuan tersebut.
Prosedur untuk mencari bantuan tersebut juga sangat selektif, sebenarnya ini sangat baik untuk mencari calon penerima yang benar-benar berkompeten dan layak untuk menerima bantuan ini, bantuan ini antara lain adalah beasiswa. Dengan adanya beasiswa ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan SDM untuk mengolah SDA yang tersedia di Indonesia.
Masuknya industrialisasi setidaknya mengubah kultur, tranformasi, dari struktur agraris menjadi industri, seharusnya industri mempersiapkan kapasitas masyarakat terlebih dahulu mulai dari relokasi, melakukan pelatihan, pengembangan SDM, sehingga saat industri mulai berdiri akan mampu menyerap tenaga kerja lokal, Sejauh mana strategi industrialisasi mampu dijalankan akan ditentukan oleh kemampuan pembiayaan, dukungan sumber daya manusia, serta mobilisasi politik dan pengembangan budaya produktif sebagai aspek non ekonomis terpenting.
Untuk masyarakat yang sulit menerima adanya industrialisasi maka mereka dibiarkan dalam sektor pertanian dan memajukan tenaga produktif pertanian dengan cara: a) mengalokasikan kredit yang memadai dengan jaminan oleh pemerintah dan bunga rendah kepada petani melalui bank pertanian; b) mobilisasi potensi seluruh lembaga riset pertanian untuk mengembangkan teknologi pertanian yang sesuai dengan karakter geografis dan sosial-budaya Indonesia. Pengembangan tersebut meliputi masalah pembibitan, mekanisasi proses tanam dan panen, pengairan, listrik, serta infrastruktur lainnya; c) mendorong terbangunnya contoh pertanian kolektif dengan pengolahan lahan bersama serta penerapan teknologi yang lebih maju. Penggarapan ini dilakukan secara demokratis dengan melibatkan petani dalam mengambil keputusan, baik saat proses produksi maupun pemasaran; d) mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dalam setiap batasan tertentu sesuai dengan komoditi pertanian yang diproduksi. Perlu dijelaskan, program teknologisasi pertanian ini tidak akan menciptakan pengangguran baru, sebaliknya akan membuka lapangan kerja. Karena dari setiap pengembangan tenaga produktif akan membutuhkan tenaga-tenaga kerja baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar