Kamis, 25 Desember 2008

regional economic

HUBUNGAN PERLUASAN PUSAT WILAYAH KOTA DAN STRATEGISASI JALUR TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN DI WILAYAH PINGGIRAN PERBATASAN
KECAMATAN KERTOSONO
Kukuh budiarto 

ABSTRAKSI
Menurut teori yang telah ada pada umumnya daerah pinggiran atau perbatasan memiliki pertumbuhan perekonomian yang relatif lambat, hal ini dikarenakan jauhnya aksesbilitas dan jarangnya sarana dan prasarana yang dimiliki. Fokus pada inti permasalahan yang terjadi di Kertosono tentang pengaruh dari perluasan pusat atau inti kota sehingga menyebabkan berubahnya pola perekonomian di Kertosono. Pada awalnya Kertosono merupakan daerah pinggiran perbatasan langsung dengan pinggiran kabupaten lainnya yang seharusnya memiliki petumbuhan perekonomian yang lambat. Namun, sekarang kondisi perekonomian yang ada di Kertosono menjadi pusat kegiatan dan pelayanan untuk area kecamatan di sekitarnya. Kertosono mampu mendongkrak perkonomiannya karena mampu menangkap kesempatan serta memanfaatkan adanya perluasan dari ketiga pusat wilayah. Ketiga pusat tersebut adalah Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, dan yang memiliki pengaruh paling besar karena majunya wilayah tersebut adalah Kabupaten dan Kota Kediri. Sedangkan dari faktor eksternal, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah perbatasan kota Kediri. Selanjutnya, Kertosono merupakan daerah pinggiran yang memiliki ciri-ciri sumber daya alam yang berupa lahan pertanian, namun lahan pertanian yang diusahakan kurang begitu diminati dan maju. Selain itu juga terdapat faktor yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pertumbuhan perekonomian yaitu faktor sarana dan prasarana transportasi. Mulai dari intensitas kendaraan hingga jalan yang disediakan oleh pemerintah. Di Kertosono transportasi dan jalur transportasi merupakan sesuatu yang vital karena Kertosono merupakan jalur utama penghubung wilayah barat dan timur. jika ingin memajukan atau memperbaiki sektor perekonomian, dibutuhkan pula transportasi yang baik dan memiliki daya guna yang efisien.  
Teori Dasar 
Konsep Pengembangan Wilayah 
1. Sejarah perkembangan konsep pengembangan wilayah di Indonesia, terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya. Pertama adalah Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann (era 1950-an) yang memunculkan teori polarization effect dan trickling-down effect dengan argumen bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan (unbalanced development). 
Ketiga adalah Myrdal (era 1950-an) dengan teori yang menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash and spread effect. Keempat adalah Friedmann (era 1960-an) yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan yang kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan. Terakhir adalah Douglass (era 70-an) yang memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa – kota (rural – urban linkages) dalam pengembangan wilayah. 
2. Sutami (era 1970-an) menyampaikan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya alam akan mampu mempercepat pengembangan wilayah. Poernomosidhi (era transisi) memberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-kota dan hirarki prasarana jalan melalui Orde Kota.  
3. Ruslan Diwiryo (era 1980-an) memperkenalkan konsep Pola dan Struktur Ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama bagi lahirnya UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang. Pada periode 1980-an ini pula, lahir Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan (SNPP) sebagai upaya untuk mewujudkan sitem kota-kota nasional yang efisien dalam konteks pengembangan wilayah nasional. Dalam perjalanannya SNPP ini pula menjadi cikal-bakal lahirnya konsep Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) sebagai upaya sistematis dan menyeluruh untuk mewujudkan fungsi dan peran kota yang diarahkan dalam SNPP. 
4. Pada era 90-an, konsep pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah, misal antara KTI dan KBI, antar kawasan dalam wilayah pulau, maupun antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Perkembangan terakhir pada awal abad millennium, bahkan, mengarahkan konsep pengembangan wilayah sebagai alat untuk mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Berdasarkan diatas, secara konseptual pengertian pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Berpijak pada pengertian diatas maka pembangunan tidak hanya diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan sektoral yang bersifat parsial, namun lebih dari itu, pembangunan diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan pengembangan wilayah yang bersifat komprehensif dan holistik dengan mempertimbangkan keserasian antara berbagai sumber daya sebagai unsur utama pembentuk ruang (sumberdaya alam, buatan, manusia dan sistem aktivitas), yang didukung oleh sistem hukum dan sistem kelembagaan yang melingkupinya. 
 Dengan berbagai teori dasar tentang Ekonomi Regional yang diungkapkan beberapa ahli di atas, maka dengan berorientasi pada salah satu teori tersebut diharapkan kita mampu untuk mengenali dan selanjutnya akan menjadi bahan sebagai pertimbangan langkah atau kebijakan apa yang tepat untuk meningkatkan potensi perekonomian di daerah Kertosono dan wilayah sekitarnya.







PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut teori yang telah ada pada umumnya daerah pinggiran atau perbatasan memiliki pertumbuhan perekonomian yang relatif lambat, hal ini dikarenakan jauhnya aksesbilitas dan jarangnya sarana dan prasarana yang dimiliki. Fokus pada inti permasalahan yang terjadi di Kertosono tentang pengaruh dari perluasan pusat atau inti kota sehingga menyebabkan berubahnya pola perekonomian di Kertosono. Pada awalnya Kertosono merupakan daerah pinggiran perbatasan langsung dengan pinggiran kabupaten lainnya yang seharusnya memiliki petumbuhan perekonomian yang lambat. Namun, sekarang kondisi perekonomian yang ada di Kertosono menjadi pusat kegiatan dan pelayanan untuk area kecamatan di sekitarnya. Kertosono mampu mendongkrak perkonomiannya karena mampu menangkap kesempatan serta memanfaatkan adanya perluasan dari ketiga pusat wilayah. Ketiga pusat tersebut adalah Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, dan yang memiliki pengaruh paling besar karena majunya wilayah tersebut adalah Kabupaten dan Kota Kediri. Sedangkan dari faktor eksternal, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah perbatasan kota Kediri. Selanjutnya, Kertosono merupakan daerah pinggiran yang memiliki ciri-ciri sumber daya alam yang berupa lahan pertanian, namun lahan pertanian yang diusahakan kurang begitu diminati dan maju. Selain itu juga terdapat faktor yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pertumbuhan perekonomian yaitu faktor sarana dan prasarana transportasi. Mulai dari intensitas kendaraan hingga jalan yang disediakan oleh pemerintah. Di Kertosono transportasi dan jalur transportasi merupakan sesuatu yang vital karena Kertosono merupakan jalur utama penghubung wilayah barat dan timur. jika ingin memajukan atau memperbaiki sektor perekonomian, dibutuhkan pula transportasi yang baik dan memiliki daya guna yang efisien.  
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Nganjuk dan Kertosono
Untuk mengetahui suatu potensi wilayah sebelumnya kita harus mengetahui kondisi dari wilayah tersebut, selain itu dengan menganalisa dari berbagai sudut pandang. Karena setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Salah satu kabupaten yang terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Timur adalah kabupaten Nganjuk, kabupaten ini sama sekali tidak mempunyai potensi kelautan karena wilayah ini diapit oleh beberapa perbukitan dan gunung, dan hanya dilewati oleh sungai.. Nganjuk memiliki luas daratan sekitar 1.224,34 km2, dengan didominasi oleh sektor persawahan dan kawasan hutan. Jumlah penduduk pada tahun 2006 mencapai sebanyak 1.035.791 jiwa dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Nganjuk rata-rata per tahun sebesar 0,4%. Karena wilayah daratannya didominasi areal persawahan dan kehutanan maka mayoritas penduduknya sebagian besar bergerak di bidang agrobisnis atau pertanian. 
 
























Kabupaten Nganjuk telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai, meskipun tak sebaik dan secanggih yang dimiliki di kota besar lainnya. Wilayah Nganjuk memiliki daerah perbatasan sebelah timur yang berpotensi dan perekonomian di daerah ini cukup maju yaitu kecamatan Kertosono. Kertosono adalah sebuah kota kecil yang sangat strategis. Kota ini terletak di ujung timur Kabupaten Nganjuk yang secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jombang. Karena posisinya yang cukup signifikan ini, maka tidaklah mengherankan jika tingkat perekonomian masyarakat semakin meningkat. Oleh karena itu, Kertosono merupakan sebuah kota yang secara potensial dilirik untuk dikembangkan, juga termasuk pasar yang cukup menjanjikan bagi para produsen yang ingin memasarkan barang produksi mereka.Di sisi lain, karena perusahaan kurang dapat menjangkau konsumennya secara lebih signifikan karena terbentur pada rantai distribusi yang terlalu panjang, maka peran media komunikasi menjadi penting. Media komunikasi seperti televisi dan radio amat efektif untuk menjangkau ‘black box’ konsumen lewat caranya masing-masing.

PEMBAHASAN
PENGARUH STRATEGISASI JALUR TRANSPORTASI
 Jalur transportasi merupakan kunci utama dari maju atau tidaknya suatu wilayah, karena dengan adanya transportasi yang lancar mampu mempercepat pembangunan dan menciptakan keadilan perekonomian di masyarakat. Di Kertosono dahulu terdapat jembatan dan terminal bus yang letaknya sangat strategis dan banyak menghasilkan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Penempatan antara jembatan dan terminal memang sudah diatur sedemikian rupa, yaitu diletakkan di tengah-tengah yang lokasinya mampu ditempuh dari berbagai lokasi lainnya dengan waktu yang relatif sama. Dengan demikian, perekonomian di Kecamatan Kertosono relatif maju. Sekarang telah dibangun jembatan yang baru yang lebih baik lagi, sedangkan jembatan yang lama sudah rusak dan tidak dapat di manfaatkan lagi. Dengan adanya jembatan yang baru ini, perekonomian Kertosono semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena akses yang diberikan oleh jembatan yang baru lebih cepat dan lebih efisien. Namun, dengan pindahnya jembatan yang lama ke jembatan yang baru mengakibatkan Terminal Bus Kertosono pun juga ikut di relokasi ke tempat yang lebih jauh dari permukiman penduduk. Sebenarnya menurut teori lokasi terminal yang baru ini telah ditempatkan pada lokasi yang sangat strategis, namun sampai sekarang fungsi dari terminal itu kurang dimanfaatkan secara optimal. Inilah sebenarnya masalah yang sangat pelik. Namun menurut teori Sejarah perkembangan konsep pengembangan wilayah di Indonesia, terdapat landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya. Pertama adalah Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya. Dengan teori ini, kita dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi fenomena suatu wilayah. Kurang dimanfaatkannya Terminal Kertosono menurut teori ini adalah karena faktor sosial-ekonomi dan budaya yang menjadi faktor utama yang mempengaruhinya. Di Terminal Lama banyak sekali orang yang mau bepergian menuju kesini padahal letak dari terminal ini kurang begitu strategis tetapi masyarakat sudah terbiasa dengan keadaan ini. Namun, setelah Terminal baru dibangun Terminal Lama pun diubah menjadi sebuah pasar yang mengelompok atau sering disebut Pasar Niaga oleh masyarakat sekitar. Kurang dimanfaatkan Terminal Kertosono yang baru ini disebabkan karena masyarakat sudah terbiasa dengan lokasi Terminal yang lama dan budaya masyarakat itu sendiri. Di Kertosono terdapat stasiun kereta api. Stasiun ini cukup signifikan, karena meskipun kecil, hampir semua kereta api reguler berhenti di sini. Kereta api dari Surabaya dengan tujuan Kediri/Blitar harus langsir di Stasiun Kertosono
HUBUNGAN JALAN TOL DENGAN PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN KERTOSONO
 Apakah dengan dilaluinya Jalan Tol akan semakin meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kertosono? Dengan adanya rencana Pemerintah yang akan membangun Jalan Tol yang melewati wilayah Kertosono, karena Pemerintah memiliki sugesti ekspektasi yang positif terhadap investasi dan perdagangan di wilayah Kertosono dengan adanya Jalan Tol. Selain itu di Kertosono inilah titik pecahnya dua kawasan perekonomian di Jawa Timur. Yaitu dari Kertosono menuju ke selatan ada daerah Kediri, Tulungagung, Blitar Dkk, sedangkan Kertosono menuju barat ada daerah Madiun, Ngawi, Nganjuk, Dkk. Dengan adanya jalan tol diharapkan semakin memajukan perekonomian untuk wilayah Kertosono. Fungsi Jalan Tol mampu memberikan akses yang sangat cepat sehingga mampu mengefisienkan waktu sekaligus biaya transportasi. Selain itu Manfaat langsung bagi masyarakat dengan adanya jalan tol selain menyerap tenaga kerja, menggerakkan perekonomian dan proses produksi, meningkatkan potensi strategis bagi wilayah yang dilalui.


POLA INDUSTRI DAN UKM DI KERTOSONO
Industri yang berkembang di Kertosono relatif sedikit karena lokasi raw material yang jauh menyebabkan mahalnya biaya angkut ke perusahaan transformasi. Selain itu Perusahaan yang cukup maju di daerah ini adalah perusahaan yang berbasis pertanian. Misalnya saja Pabrik Gula PG. Lestari PTPN X, yang terletak di wilayah Kertosono bagian utara atau tepatnya di kawasan Patianrowo. Keadaan perekonomian di Patianrowo masih sejenis dengan keadaan perkonomian di Kertosono. Pabrik Gula Lestari merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda, namun kondisinya saat ini sering sekali mengalami kerusakan, hal ini disebabkan mesin yang digunakan sudah sangat tua dan hanya menjalani perawatan-perawatan saja. Sehingga out put yang dihasilkan tidak maksimal dan kurang efisien terhadap raw material yang tersedia. Pabrik Gula merupakan pabrik yang mengalami penyusutan out put (loss-weight) saat mengalami proses transformasi. Sehingga menurut teori Isard dirumuskan sebagai berikut WM/Wc > 1, dan menurut matriks yang berlaku peletakkan pabrik ini yang paling efisien terletak di daerah yang dekat dengan raw material yaitu dekat dengan perkebunan tebu agar biaya transformasi tidak terlampau tinggi. Selanjutnya di Kertosono itu sendiri juga terdapat pabrik kertas PT. JAYA KERTAS atau sering disebut PT. JAKER. Pabrik ini memperoleh raw material dari sekitar dengan memanfaatkan bahan daur ulang selain itu untuk menunjang kualitas juga mengambil bahan dari luar wilayah daerah tersebut. Keadaan industri di wilayah ini memang kurang begitu berpotensi namun setidaknya mampu mengurangi angka pengangguran. Namun kedua pabrik tersebut menyebabkan adanya eksternalitas negatif mulai dari pencemaran udara karena asap yang dikeluarkan pabrik saat berproduksi. Selain itu pencemaran terhadap air sungai yang berada di dekat pabrik PT. JAKER ini sangat menggangu komunitas perairan dan menimbulkan bau yang sangat tidak sedap. Namun, untuk Pabrik Gula Lestari, semua limbahnya dapat dimanfaatkan, dari air yang dimanfaatkan oleh para petani sekitar, sisa tebu sebagai bahan bakar alternatif dan gula yang pekat hitam sisa dari penyaringan dapat digunakan sebagai bahan mentah untuk industri makanan dan sebagai makanan ternak. Di Kertosono yang lebih berpotensial untuk memajukan perekonomian di sektor industri adalah UKM (Usaha Kecil Menengah), di sini UKM sudah seperti tulang punggung pertumbuhan perekonomian selain sektor transportasi. Terdapat beberapa sentra yang menjadi unggulan wilayah ini. Diantaranya terdapat pabrik Tahu kelas Middle end dan pabrik kerupuk serta produksi rumah tangga lainnya. Oleh sebab itu pemerintah lokal dengan gencar memberikan sokongan baik secara materiil maupun secara spirituil kepada pengusaha kelas menengah ini. 

PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Kabupaten Nganjuk, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Kabupaten Nganjuk terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Nganjuk. Nganjuk dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, serta menjadi persimpangan dengan jalur menuju Kediri. Nganjuk juga dilintasi jalur kereta api Surabaya/Malang-Yogyakarta-Bandung/Jakarta. Kertosono adalah sebuah kota kecil yang sangat strategis. Kota ini terletak di ujung timur Kabupaten Nganjuk yang secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jombang. Karena posisinya yang cukup signifikan ini, maka tidaklah mengherankan jika tingkat perekonomian masyarakat semakin meningkat. Oleh karena itu, Kertosono merupakan sebuah kota yang secara potensial dilirik untuk dikembangkan, juga termasuk pasar yang cukup menjanjikan bagi para produsen yang ingin memasarkan barang produksi mereka. 
Wilayah Kertosono inilah titik pecahnya dua kawasan perekonomian di Jawa Timur. Pengaruh dari perluasan pusat atau inti kota di tiga kawasan. Dari Kertosono menuju ke selatan mempunyai potensi yang luar biasa dengan dibangunnya sentra-sentra industri kecil di wilayah perbatasan, sedangkan Kertosono ke barat yang potensi pertaniannya sangat besar. Untuk memperlancar aksesbilitas maka pemerintah memiliki rencana pembangunan jalan tol. Jalan tol yang menghubungkan antara wilayah barat dan timur ini diharapkan mampu semakin mendongkrak pertumbuhan perekonomian, menyerap tenaga kerja, dan proses produksi, meningkatkan potensi strategis bagi wilayah yang dilaluinya.
Perindustrian di Kertosono kurang begitu mendukung dan dominan, mengingat wilayah ini merupakan wilayah pinggiran yang pada umumnya bergerak di sektor agraris. Namun, wilayah ini sangat berpotensi mengembangkan sector UKM (Usaha Kecil Menengah) dan industri rumah tangga karena dengan bantuan penataan dan pengelompokan (aglomerasi) ruang oleh pemerintah, sehingga lokasi-lokasi pemasarannya sudah dapat mengefisienkan biaya transportasi. 
Menurut saya, ikut andil pemerintah mempunyai peran yang sangat besar dalam menggerakkan perekonomian di Kertosono saat ini. Apalagi dengan adanya pembangunan Jalan Tol yang akan semakin mempercepat dan memperlancar aksesbilitas dan mobilitas baik di sector ekonomi maupun sector-sektor lainnya. Sedangkan untuk para investor, saya berharap untuk menanamkan modal atau investasi di Kertosono, baik itu di sector perdagangan maupun di sector lainnya. Sehingga pusat atau inti ini akan semakin meluas dan area pelayananannya pun juga akan semakin luas dan akan semakin meningkatkan perekonomian di wilayah sekitarnya.






Tidak ada komentar: