Jumat, 26 Maret 2010

model von thunenh

Model von thunenh
Johann Heinrich Von Thunen seorang ekonom dan tuan tanah di Jerman menulis buku berjudul Der Isolierte Staat in Beziehung suf Land Wirtschaft pada tahun 1826. Ia mengupas tentang perbedaan lokasi dan berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi). Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Isolated State in Relation to Agriculture oleh Peter Hall yang diterbitkan pada tahun 1966 di London. Dalam model tersebut,Von Thunen membuat asumsi sebagai berikut:
1. Wilayah analisis bersifat terisolir (isolated state) sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota lain.
2. Tipe permukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah.
3. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang seragam.
4. Fasilitas pengankutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang pyang dibawa.
5. Kecuali perbedaan jarak pasar, semua faktor alamiah yang memengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.
Berdasarkan asumsi di atas Von Thunen membuat kurva hubungan sewa tanah dengan jarak ke pasar sebagai berikut:









Gambar kurva perbedaan sewa tanah sesuai dengan perbedaan jarak ke pasar
Dari gambar tersebut terlihat bahwa tingkat sewa tanah adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa tanah. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa tanah, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Selain itu, masing-masing jenis kegiatan/produksi memiliki kurva permintaan atas tanah berupa indefferent curve yang menggambarkan hubungan antara sewa tanah dan jarak dari pasar. Kemiringan kurva berbeda antara satu jenis kegiatan/produksi dengan kegiatan/produksi lainnya. Ada kurva yang menurun tajam, agak tajam, agak landai, dan landai. Misalnya, ada dua jenis kegiatan A dan B yang masing-masing memiliki kurva indefferent dengan kelandaian pberbeda seperti berikut.










Gambar perbedaan kurva sewa tanah untuk kegiatan yang berbeda
 Kurva A menggambarkan kurva permintaan tanah (sewa tanah)untuk kegiatan A, sedangkan kurva B menggambarkan kurva permintaan tanah (sewa tanah) untuk kegiatan B. Kegiatan A bersifat indefferent pada permintaan tanah tersebut. Artinya, bagi mereka adalah sama saja berlokasi di titik manapun pada cakupan kurva tersebut, setelah membandingkan antara sewa tanah dengan jauhnya lokasi ke pasar yang berbanding terbalik. Karena perbedaan kurva permintaan antara kegiatan A dengan kegiatan B maka sampai jarak T akan dimenangkan oleh kegiatan A, sedangkan setelah titik T dimenangkan oleh kegiatan B. Analisis seperti ini dapat dilanjutkan sampai suatu pola penggunaan tanah berupa diagram cincin pada waktu itu adalah sebagai.








diagram cincin dari Von Thunen
penggunaan tanah saat ini tidak lagi berkelompok persis seperti cincin dan isi masing-masing cincin juga tidak lagi sama seperti dalam diagram Von Thunen. Namun demikian konsep Von Thunen bahwa sewa tanah sangat memengaruhi jenis kegiatan yang mengambil tempat pada lokasi tetentu masih tetap berlaku dan hal ini mendorong terjadinya konsentrasi kegiatan tertentu pad lokasi tertentu. Von Thunen menggunakan contoh sewa tanah untuk berproduksi pertanian, tetapi banyak ahli studi ruang berpendapat bahwa teori ini juga releva untuk sewa/penggunaan tanah di perkotaan dengan menambah aspek tertentu, misalnya aspek kenyamanan dan penggunaan tanah di masa lalu. Penggunaan tanah di perkotaan tidak lagi berbentuk cincin tetapi tetap terlihat adanya kecenderungan pengelompokkan untuk penggunaan yang sama berupa kantong- kantong, disamping adanya penggunaan berupa campuran antara berbagai kegiatan. Penggunaan lahan memang berbeda antara satu kota dengan kota yang lainnya. Namun, kecenderungan saat ini adalah pusat kota umumnya didominasi kegiatan perdagangan dan jasa, sedikit ke arah luar diisi oleh kegiatan industri kerajinan (home industry) bercampur dengan perumahan sedang/kumuh. Perumahan elit justru mengambil lokasi ke arah luar lagi (menguatamakan kenyamanan). Industri besar umumnya berada di luar kota karena banyak pemerintah kota yang melarang industri besar dan berpolusi mengambil lokasi di dalam kota.
 Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga tanah tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin menjauh dari pusat kota, harga tanah makin tinggi pada jalan-jalan utama. Makin tinggi kelas jalan utama itu, makin mahal sewa tanah disekitarnya. Jadi, bentuk gambarnya adalah seperti kerucut (segitiga) jaring laba-laba, dimana puncak puncak kerucut itu adalah pusat kota. Namun perlu dicatat bahwa akan ada kantong-kantong lokasi yang meyimpang dari ketentuan di atas karena adanya konsentrasi kegiatan tertentu di lokasi tersebut. Untuk lahan pertanian perlu diingat teori Ricardo yang mengatakan bahwa sewa tanah terkait dengan tingkat kesuburan tanah tersebut. Namun pandangan Ricardo inipun tetap terikat kepada jarak/akses lahan pertanian itu terhadap pusat kota (wilayah pemasarannya).




1 komentar:

Anonim mengatakan...

Salam kenal, maaf mengganggu sebentar. Saya tawarkan sebuah bisnis. Dimana100% Semua investor di
bayar tanpa harus cari downline. Ini
adalah bisnìs jual beli mata uang asing/valas di
pasar internasional. Daftar klik DI SINI.
Kenapa saya pilih modal ekstra karena modalekstra dipercaya banyak masyarakat, lihatlah perkembangan membernya tiap harinya. Semakin banyak member yang ikut,berarti begitu besar kepercayaanny pada bisnis ini, ini bisa jadi acuan kenapa saya percaya pada modalekstra.
Segeralah bergabung, kenapa tida mencoba? Gabung di bawahku za. Ya itu sebagai jasa
pemberitahuan ini he...he...he...